Bismillahirrahmaanirrahim
Kawan..
Dunia ibarat air laut
Diminum hanya menambah haus
Nafsu bagaikan fatamorgana dipadang
pasir
Panas yang membakar disangka air
Dunia dan nafsu hanya bayang-bayang
Disangka ada, ditangkap hilang
-Raihan-
Kawan, dunia memang selalu menggoda.
Dunia selalu tampak kelihatan begitu indah dan menawan. Ia cantik mempesona dan
memikat hati banyak manusia. Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda,
“Dunia itu hijau dan manis” ( HR. muslim no. 7124)
Dunia memang penuh
kesenangan dan kenikmatan. Namun kawan, dunia juga merupakan
cobaan. “Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada dibumi sebagai
perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang
terbaik perbuatannya” (QS. Al Mulk: 2)
Sebenarnya, banyak orang yang telah
memahami hakikat dari dunia ini. Namun masih banyak pula yang terjebak
didalamnya. Yang paling menyedihkan adalah orang yang tidak mengerti sama
sekali hakkat dunia. Mereka adalah orang-orang yang terombang-ambing dalam
pusaran gelombang hawa nafsu yang sengaja dipasang oleh setan untuk dijadikan
perangkap dalam menyesatkan manusia.
Kawan, jauh-jauh hari, para ulama
telah memperingatkan kita akan bahaya dunia tidak dipahami secara benar. Imam
Al Ghozali dalam kitabnya, Al Ihya’, telah menulis satu bab khusus berisi
tentang hakikat dunia dan seluk beluknya secara mendetail. Juga Hadist-hadist
yang secara tegas menggambarkan betapa hinanya dunia pun sangatlah banyak.
Suatu Hari, Rosulullah SAW melewati
sebuah bangkai kambing yang tergeletak ditanah, lalu beliau bersabda, “
Tidakkah kalian lihat betapa hinanya bangkai ini?”, para sahabat menjawab, “Karena
hina itulah pemiliknya membuangnya, wahai Rosulullah, “Kemudian beliau
bersumpah, “Demi Allah yang menggenggam jiwaku, sungguh dunia lebih hina dimata
Allah daripada bangkai kambing ini. Andaikan dunia setara dengan sayap nyamuk
saja, niscaya orang kafir takkan diberi minum”. (HR. Ibnu Majah, Hakim.
Tirmidzi)
Itulah harga dunia yang digambarkan
oleh Rosulullah SAW kepada kita. Dalam hadits lain, beliau bersabda, “ Dunia
adalah penjara bagi orang mukmin dan surge bagi orang kafir”, (HR. Muslim)
Barang sipa mencintai duniannya,
maka ia harus siap mengorbankan akhiratnya. Dan barang siapa mencintai
akhiratnya, maka ia harus rela mengorbankan dunianya. Maka pilihlah diantara
dua hal tersebuat yang paling kekal dan tinggalkanlah yang fana (HR. Ahmad,
Bazzar, Ibnu Hibban, Hakim, Ia menshahihkannya)
Seperti kita ketahui bersama,
penjara adalah sebuah tempat yang amat tak disukai. Dalam penjara manusia tak
menemukan kebebasan. Banyak kekang dan karangan disana-sini banyak aturan dan
tetek-bengek yang harus ditaati. Demikian halnay pula dunia ini. Bagi seorang
mukmin dunia tak ubahnya dunia yang mengekang kebebasan. Ada batas halal-haram
yang tak boleh ditejang. Ada aturan-aturan yang tak boleh ditentang. Ada
saat-saat tertentu ia tidak diperbolehkan makan, minum, dan berjima’. Ada
saat-saat tertentu ia harus bangun dari tidur, lalu mengambil air untuk
mensucikan dirinya lalu berdiri menghadap Robbnya. Ada makanan, minuman, dan
kenikmatan-kenikmatan lainnya yang tidak boleh dikonsumsi. Segalanya penuh
dengan rambu-rambu.
Sementara bagi orang kafir, dunia
adalah surga yang penuh kenikmatan. Tak ada istilah haram dalam kamus mereka.
Mereka hidup dalam kebebasan. Aturan tak mereka indahkan. Larangan mereka
terjang. Mereka dapat hidup semaunya. Yang haram bisa jadi halal asalkan sesuai
hawa nafsu mereka.
Allah SWT mwnggambarkan mereka dalam
firman Nya:
“Dan orang-orang yang kafir itu
bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makanannya binatang-bianatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka (QS. Muhammad: 12)
Biarkanlah mereka (di dunia) makan
dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak
mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (QS. Al Hijr: 3)
Orang kafir tidak memahami bahwa masih
ada kehidupan lagi setelah kehidupan didunia ini. Mereka tak mengerti bahwa
pada hakikatnya adalah ruang ujian, tempat menyeleksi para peserta ujian yang
berhak memasuki kehidupan sebenarnya. Oleh karena itu mereka tak pernah berpikir sedikitpun untuk mempersiapkan kehidupan baru tersebut, Orientasi
mereka hanyalah menuruti kemauan hawa nafsu dan memuaskannya. Mereka tak
ubahnya seperti binatang ternak yang hanya memikirkan urusan “perut dan bawah
perut”, padahal tak ada kenikmatan yang abadi didunia ini. Semuanya semu. Semuanya
sementara. Semuanya hina. Semuanya tidaklah banyak kecuali sedikit.
Apakah kamu puas dengan kehidupan
didunia sebagai ganti kehidupan akhirat? Padahal kenikmatan hidup didunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit (QS At Taubah: 38)
Oleh karena itu kawan, Rosulullah
SAW memuji orang-orang mukmin dan mneyebut mereka orang-orang cerdas, “Orang
cerdas adalah orang yang mengekang hawa nafsunya dan mempersiapkan perbekalan
untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menuruti
hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah”. (HR. Tirmidzi Ibun Majah,
Ahmad, Baihaqi)
Allah SWT juga memperingatkan
orang-orang mukmin untuk tidak merasa iri dengan kenikmatan yang diberikan
kepada sebagian hamba Nya yang lain dalam masalah dunia.
Jangan kamu arahkan pandanganmu
kepada kenikmatan (duniawi) yang telah kami berikan kepada golongan-golongan
dari mereka, sebagai hiasan dunia saja, untuk kami uji mereka dengannya.
Karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Thaha: 131)
Kawan, jika kita ingin melihat, diimata
para nabi dan orang-orang shaleh, dunia tak memiliki nilai sama sekali. “Mencintai
dunia merupakan sumber malapetaka”. (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman). Segala
macam kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini, sebagian besarnya disebabkan oleh
cinta dunia. Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, permusuhan sesama saudara
karena masalah harta warisan, iri dan dengki karena keberhasilan orang lain dan
kerusakan-kerusakan lainnya merupakan buah dari menipisnya keimanan terhadap
Hari Akhir dan kecintaan terhadap dunia yang berlebihan.
Rasulullah SAW bersabda, “Hampir
saja bangsa-bangsa lain menyerbu kalian sebagaimana orang-orang menyerbu
makanan. “Para sahabat bertanya, “Apakah disebabkan sedikitnya jumlah kami pada
hari itu? Beliau SAW menjawab,”Bukan, bahkan jumlah kalian banyak pada waktu
itu.Akan tetapi kjalian adalah buih seperti buih dilautan, Allah akan mencabut
rasa takut dari hati musuh-musuh kalian dan melemparkan Al Wahn kedalam
hati-hati kalian, “Para sahabat bertanya, “Apa itu Al Wahn, wahai Rasulullah?”
Beliau SAW menjawab. “Cinta dunia dan takut mati” (HR. Ahmad, Abu Daud, dll)
Oleh karena itu, para ulama selalu
memperingatkan kita agar tidak terlena dengan tipu daya dunia yang tampak indah
dimata. Diriwayatkan dalam sebuah hadist. Rosulullah SAW bersabda, “Dunia itu
terlaknat dan terlaknat pula apa-apa yang ada didalamnya kecuali yang ditujukan
untuk Allah”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dunia, sebagaimana disebutkan oleh
Imam Ghozali dalam kitab Al Ihya, terbagi menjadi tiga kategori:
Pertama, segala sesuatu yang hanya
dapat kita rasakan ketika kita masih hidup dan tak dapat bermanfaat diakhirat,
misalnya kenikmatan ketika melakukan kemaksiatan, perkara-perkara mubah yang
berlebihan, bersenang-senang dengan perkara-perkara duniawi seperti harta,
wanita, anak, kendaraan, makanan, pakaian dan lain sebagainya.
Kedua, segala sesuatu yang akan
terus menemani kita sampai diakhirat dan hasilnya dapat kita nikmati disana.
Kategori ini hanya mencakup dua hal. Yaitu Ilmu dan ‘amal.
Ketiga, pertengahan antara yang pertama
dengan kedua, yaitu segala sesuatu yang kita rasakan didunia namun dapat
menopang kehidupan di akhirat. Kategori ini merupakan kebutuhan kebutuhan
primer yang tak dapat terlepas dari manusia. Yaitu kebutuhan yang harus
tercukupi demi mempertahankan kelangsungan hidup manusia, seperti makanan
secukupnya, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan jasmani, Jika kategori ketiga
ini dimanfaatkandengan baik untuk menghasilkan ilmu dan amal. Maka ia berubah
menjadi kategori kedua. Namun, jika tidak maka ia menjadi kategori pertama.
Diantara ketiga kategori diatas. Bagian
pertamalah yang dimaksud dengan dunia yang tercela itu. Itulah dunia yang
sangat berbahaya dan mematikan. Meminumnya sama dengan menengak racun. Menjauhinya
merupakan jalan keselamatan. Semoga kita diselamatkan Allah dari fitnah dunia
ini. Aamiin.
Dunia tak seindah dimata
Dunia bukan yang disangka
Dunia negri ujian
penuh dengan tipudaya
Inilah peringatan buat diriku yang sering lupa
-Raihan-
Selasa, 12 Muharram 1434 H / 27
November 2012