Yang membuat seseorang terhina dan
dicela bukanlah kesalahannya, melainkan ketaksediaannya untuk mengakui
kekeliruan. Akuilah, perbaikilah! Pengakuan kesalahan diabadikan Al-Quran
sebagai do’a terindah, “Robbanaa Zhalamnaa,” kata Adam. “Inni kuntu minazh
zhaalimin,” kata Yunus. Diantara makna “katakana yang benar mesti pahit” adalah
kebenaran untuk jujur mengakui salah dan aib, meski terugi, meski tercaci.
Berani mengakui dan sedia memperbaiki adalah penyelamat. Jujur membuat masalah
jadi masa lalu; dusta membuat masalah jadi masa depan
Dosa bisa bermakna dan berharga,
jika menuntun pada taubat dan kedekatan pada-Nya. Ibadah bisa berbahaya, jika
membawa angkuh didada. Adam bermaksiat, lalu bertaubat dan Allah mengampuninya.
Iblis taat, lalu tinggi hati dan merasa lebih, maka Allah kutuk selamanya. “Andai
kalian tak pernah berdosa, “kata Nabi, “maka Allah akan ganti kalian dengan
kaum yang mendosa, lalu bertaubat, lalu diampuni. “
Mengakui dosa melahirkan kerendhan
hati. Ia juga mengajari kita untuk tak mengajari syetan, ketika saudara kita
jatuh dalam dosa. “Jangan menjadi pembantu syetan pada saudaramu,” kata Nabi, “dia
jatuh dalam dosa lalu kalian membuatnya putus asa dari rahmat-Nya, “maka pada
pendosa yang niat taubatnya mengintip malu, beri tepuk semangat dibahu.
Bisikkan, “Ayo saudaraku, keshalihanmu dirindu!
Dosa bisa lahir karena “GODA”. Dan syaitan
terusir oleh dzikir. Mengapa, walau kadang dzikir terus mengalir, tapi syaitan
tetap saja hadir? Syaitan seperti Anjing. Walau diusir berulang kali, dia tetap
datang jika dihati tersedia makanan lezatnya; angkuh, tamak, hasad. Taka da dosa
kecil jika disepelekan, melainkan pada siapa kita durhaka. Yang paling bahaya
dari dosa adalah; melakukannya terang-terangan, membongkarnya padahal telah
ditutupi Allah, dan membanggakannya, Naudzhubillah
“Ya Allah, buatlah syetan menggigit
jari setelah berhasil menjerumuskanku, dengan mengampuni semua dosaku. Ya
Allah, tutupilah aib-aib dan khilafku agar tak ada orang yang terilhami untuk
melakukan dosa serupa.”
Setiap dosa meninggalkan tanda.
Orang beriman dan berhati jernih merasakannya hingga kadang hubungannya dengan
mereka jadi ikut terluka. Setiap dosa membuka pintu untuk terjadinya dosa yang
lain. Setiap dosa membuka pintu untuk terjadinya dosa yang lain. Setiap dosa
melahirkan kebas hati yang membuat rasa bersalah makin tipis. Dosa mengungkung
nurani hingga membuat kita kadang salah menafsir suara hati. Dosa menghalangi
jalur rezeki seperti kerak-kerak lemak menghalangi aliran darah. Istighfar dan
air-mata yang mengikisnya
Astaghfirullahhal adzim, li wa
lakum, wa lisaairil muslimiin wal muslimaat, wal mu’miniin wal mu’ minat. Inna
natuubu ilaika ya ghaffar. Dosa dan Ilmu bak mendung dan mentari. “Ilmu itu
cahaya,” kata waki’ pada syafi’I, “dan cahaya Allah tak diberikan pada yang
durhaka, “Dosa melahirkan kepengecutan di saat harus berjuang untuk hal-hal
berharga. Munafikin memisah diri dari barisan Uhud sebab dosanya
Jika dosa masih menggelisahkanmu
dan kebaikan membuatmu tersenyum lega, berbahagialah sebab Iman masih menyala.
Sirami dengan takwa, “pendosa yang baik adalah kawan mesra adam dan hawa
pemakan buah surga, Daud yang khilaf, Musa yang membunuh, Yunus yang lari dari
Dakwah
Jadilah Galau kita sederhana; ia
dosa-dosa. Maka pertanyakan setiap napas, langkah, dan kata; adakah
hubungannnya dengan surga? Menganggap kecil sebuah dosa adalah cara untuk
mempersempit peluang ampunan atas-Nya. Dosa yang menggelisahkan merusak hidup
kita. Tetapi lebih berbahaya lagi; hati yang sudah tak bisa gelisah oleh dosa. wallahu 'Alam
Makkah,
30 November 2013 ~ 27 Muharrom 1435
H
“Termakna Dosa”
Ardan _