Saturday, November 30, 2013

"DOSA"

Yang membuat seseorang terhina dan dicela bukanlah kesalahannya, melainkan ketaksediaannya untuk mengakui kekeliruan. Akuilah, perbaikilah! Pengakuan kesalahan diabadikan Al-Quran sebagai do’a terindah, “Robbanaa Zhalamnaa,” kata Adam. “Inni kuntu minazh zhaalimin,” kata Yunus. Diantara makna “katakana yang benar mesti pahit” adalah kebenaran untuk jujur mengakui salah dan aib, meski terugi, meski tercaci. Berani mengakui dan sedia memperbaiki adalah penyelamat. Jujur membuat masalah jadi masa lalu; dusta membuat masalah jadi masa depan

Dosa bisa bermakna dan berharga, jika menuntun pada taubat dan kedekatan pada-Nya. Ibadah bisa berbahaya, jika membawa angkuh didada. Adam bermaksiat, lalu bertaubat dan Allah mengampuninya. Iblis taat, lalu tinggi hati dan merasa lebih, maka Allah kutuk selamanya. “Andai kalian tak pernah berdosa, “kata Nabi, “maka Allah akan ganti kalian dengan kaum yang mendosa, lalu bertaubat, lalu diampuni. “

Mengakui dosa melahirkan kerendhan hati. Ia juga mengajari kita untuk tak mengajari syetan, ketika saudara kita jatuh dalam dosa. “Jangan menjadi pembantu syetan pada saudaramu,” kata Nabi, “dia jatuh dalam dosa lalu kalian membuatnya putus asa dari rahmat-Nya, “maka pada pendosa yang niat taubatnya mengintip malu, beri tepuk semangat dibahu. Bisikkan, “Ayo saudaraku, keshalihanmu dirindu!

Dosa bisa lahir karena “GODA”. Dan syaitan terusir oleh dzikir. Mengapa, walau kadang dzikir terus mengalir, tapi syaitan tetap saja hadir? Syaitan seperti Anjing. Walau diusir berulang kali, dia tetap datang jika dihati tersedia makanan lezatnya; angkuh, tamak, hasad. Taka da dosa kecil jika disepelekan, melainkan pada siapa kita durhaka. Yang paling bahaya dari dosa adalah; melakukannya terang-terangan, membongkarnya padahal telah ditutupi Allah, dan membanggakannya, Naudzhubillah

“Ya Allah, buatlah syetan menggigit jari setelah berhasil menjerumuskanku, dengan mengampuni semua dosaku. Ya Allah, tutupilah aib-aib dan khilafku agar tak ada orang yang terilhami untuk melakukan dosa serupa.”

Setiap dosa meninggalkan tanda. Orang beriman dan berhati jernih merasakannya hingga kadang hubungannya dengan mereka jadi ikut terluka. Setiap dosa membuka pintu untuk terjadinya dosa yang lain. Setiap dosa membuka pintu untuk terjadinya dosa yang lain. Setiap dosa melahirkan kebas hati yang membuat rasa bersalah makin tipis. Dosa mengungkung nurani hingga membuat kita kadang salah menafsir suara hati. Dosa menghalangi jalur rezeki seperti kerak-kerak lemak menghalangi aliran darah. Istighfar dan air-mata yang mengikisnya

Astaghfirullahhal adzim, li wa lakum, wa lisaairil muslimiin wal muslimaat, wal mu’miniin wal mu’ minat. Inna natuubu ilaika ya ghaffar. Dosa dan Ilmu bak mendung dan mentari. “Ilmu itu cahaya,” kata waki’ pada syafi’I, “dan cahaya Allah tak diberikan pada yang durhaka, “Dosa melahirkan kepengecutan di saat harus berjuang untuk hal-hal berharga. Munafikin memisah diri dari barisan Uhud sebab dosanya


Jika dosa masih menggelisahkanmu dan kebaikan membuatmu tersenyum lega, berbahagialah sebab Iman masih menyala. Sirami dengan takwa, “pendosa yang baik adalah kawan mesra adam dan hawa pemakan buah surga, Daud yang khilaf, Musa yang membunuh, Yunus yang lari dari Dakwah

Jadilah Galau kita sederhana; ia dosa-dosa. Maka pertanyakan setiap napas, langkah, dan kata; adakah hubungannnya dengan surga? Menganggap kecil sebuah dosa adalah cara untuk mempersempit peluang ampunan atas-Nya. Dosa yang menggelisahkan merusak hidup kita. Tetapi lebih berbahaya lagi; hati yang sudah tak bisa gelisah oleh dosa. wallahu 'Alam


Makkah,
30 November 2013 ~ 27 Muharrom 1435 H

“Termakna  Dosa”

Ardan _

No comments:

Post a Comment